Powered By Blogger

Minggu, 23 Januari 2022

Teori Penetrasi Sosial

 


Hi Guys, Welcome To My Blog :)
Kali ini, saya akan menjelaskan Hubungan Teori Penetrasi Sosial dengan Paradigma Epistemologi. Apakah ada hubungan nya teori ini dengan paradigma tersebut? yuk di simak!    

     Menurut buku West Tunner (2008) Teori Komunikasi, Teori Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor. Teori penetrasi sosial secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di antara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor: penetrasi sosial.
     Altman dan Taylor (1973) membahas tentang bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan. Menurut mereka, pada dasarnya kita akan mampu untuk berdekatan dengan seseorang yang lain sejauh kita mampu melalui proses "gradual and orderly fashion from superficial to intimate levels of exchange as a function of both immediate and forecast outcomes." Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya adalah pada hakikatnya manusia memiliki beberapa layer atau lapisan kepribadian. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula kepribadian manusia.


Beberapa Asumsi Teori Penetrasi Sosial yang terdapat di buku West Tunner, yaitu:
1) Hubungan-hubungan mengalami perkembangan kedekatan. Saat pertama kali bertemu seseorang,kita akan memiliki penilaian terhadap orang tersebut dan berinteraksi mengenai topik-topik yang ringan. Perkembangan hubungan cenderung maju dari titik yang tidak intim menjadi intim,tetapi terdapat juga hubungan yang tidak terletak di dua titik.
2) Perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi karena walaupun komunikasi bersifat dinamis,tetapi terdapat pola-pola yang dapay kita prediksi.
3) Perkembangan hubungan mencakup penarikan diri dan disolusi. Perkembangan hubungan tidak selalu maju tetapi juga mengalami pemunduran karena salah satu dari mereka menarik diri. Ini dapat terjadi karena episode-episode tidak selalu berjalan dengan baik atau dimaknai positif.
4) Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan. Pembukaan diri adalah sikap kita mau terbuka dan mengatakan informasi penting tentang diri kita terhadap orang lain. Pembukaan diri dapat dilakukan secara terencana dan spontan,baik kepada orang dekat dan orang asing.

Dalam perspektif teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan beberapa penjabaran sebagai berikut:
* Pertama, Kita lebih sering dan lebih cepat akrab dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri kita. Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol tentang hal-hal yang kurang penting dalam diri kita kepada orang lain, daripada membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat pribadi dan personal. Semakin ke dalam kita berupaya melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang kita hadapi juga akan semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus. Semakin mencoba akrab ke dalam wilayah yang lebih pribadi, maka akan semakin sulit pula.
Kedua, keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik), terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah yang pribadi, biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat, tidak secepat pada tahap awal hubungan mereka. Dan juga semakin tidak bersifat timbal balik.
* Ketiga, penetrasi akan cepat di awal akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam lapisan yang makin dalam. Tidak ada istilah “langsung akrab”. Keakraban itu semuanya membutuhkan suatu proses yang panjang. Dan biasanya banyak dalam hubungan interpersonal yang mudah runtuh sebelum mencapai tahapan yang stabil. Pada dasarnya akan ada banyak faktor yang menyebabkan kestabilan suatu hubungan tersebut mudah runtuh, mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk melewati tahapan ini, biasanya hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna, dan lebih bertahan lama.
* Keempat, depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar. Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya akan berusaha semakin menjauh. Akan tetapi proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak secara sekaligus, tapi lebih bersifat bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin memudar.

   Dalam teori penetrasi sosial, kedalaman suatu hubungan adalah penting. Tapi, keluasan ternyata juga sama pentingnya. Maksudnya adalah mungkin dalam beberapa hal tertentu yang bersifat pribadi kita bisa sangat terbuka kepada seseorang yang dekat dengan kita. Akan tetapi bukan berarti juga kita dapat membuka diri dalam hal pribadi yang lainnya. Mungkin kita bisa terbuka dalam urusan asmara, namun kita tidak dapat terbuka dalam urusan pengalaman di masa lalu. Atau yang lainnya.
   Altman dan Taylor merujuk kepada pemikiran John Thibaut dan Harold Kelley (1952) tentang konsep pertukaran sosial (social exchange). Menurut mereka dalam konsep pertukaran sosial, sejumlah hal yang penting antara lain adalah soal relational outcomes, relational satisfaction, dan relational stability.
   Thibaut dan Kelley menyatakan bahwa kita cenderung memperkirakan keuntungan apa yang akan kita dapatkan dalam suatu hubungan atau relasi dengan orang lain sebelum kita melakukan interaksi. Kita cenderung menghitung untung-rugi. Jika kita memperkirakan bahwa kita akan banyak mendapatkan keuntungan jika kita berhubungan dengan seseorang tersebut maka kita lebih mungkin untuk membina relasi lebih lanjut.
   Dalam masa-masa awal hubungan kita dengan seseorang biasanya kita melihat penampilan fisik atau tampilan luar dari orang tersebut, kesamaan latar belakang, dan banyaknya kesamaan atau kesamaan terhadap hal-hal yang disukai atau disenangi. Dan hal ini biasanya juga dianggap sebagai suatu “keuntungan”. Akan tetapi dalam suatu hubungan yang sudah sangat akrab seringkali kita bahkan sudah tidak mempermasalahkan mengenai beberapa perbedaan di antara kedua belah pihak, dan kita cenderung menghargai masing-masing perbedaan tersebut. Karena kalau kita sudah melihat bahwa ada banyak keuntungan yang kita dapatkan daripada kerugian dalam suatu hubungan, maka kita biasanya ingin mengetahui lebih banyak tentang diri orang tersebut.

Pengertian Paradigma Epistemologi
Menurut Dani Vardiansyah dalam buku Filsafat Ilmu Komunikasi (2008), paradigma adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Sedangkan epistemologi menurut Vardiansyah & Febriani (2017) merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, jenis, karakter dan sifat pengetahuan. Jadi, paradigma epistemologi merupakan suatu cara berpikir atau pandangan seseorang mengenai suatu ilmu pengetahuan yang ada di bumi ini.
Dalam Dani Vardiansyah (2008: 27-28) memberi uraian atas ketiga paradigma sebagai hasil “kesepakatan untuk tidak sepakat” dari para teoretisi komunikasi; dan karenanya akan menentukan “aliran” atau “mahzab” yang dianut:
  1. Paradigma-1: komunikasi harus terbatas pada pesan yang sengaja diarahkan seseorang dan diterima oleh orang lainnya. Paradigma ini menyatakan bahwa pesan harus disampaikan dengan sengaja dan pesan itu harus diterima. Artinya, untuk dapat terjadi komunikasi harus terdapat: (a) komunikator pengirim, (b) pesan itu sendiri, (c) komunikan penerima. Implikasinya, jika Universitas Sumatera Utara pesan itu tidak diterima, tidak ada komunikan karena tidak ada manusia yang menerima pesan. Jadi, tidak ada komunikasi dan proses komunikasi yang merupakan kajian paradigma ini. Misalnya, ketika seorang teman melambai pada Anda tapi Anda tidak melihat, ini bukan komunikasi yang menjadi kajiannya, karena Anda selaku komunikan tidak menerima pesan itu. Tidak ada komunikan tidak menerima pesan itu. Tidak ada komunikan dan karenanya tidak ada komunikasi dan proses komunikasi antara Anda dengan teman itu.
  2. Paradigma-2: komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerma, apakah disengaja ataupun tidak disengaja. Paradigma ini menyatakan nahwa pesan tidak harus disampaikan dengan sengaja, tetapi harus diterima. Paradigma ini relatif tidak mengenal istilah komunikan penerima. Biasanya dalam penggambaran model, pada dua titik pelaku komunikasi dinamai sebagai komunikator mengingat bahwa keduanya punya peluang untuk menyampaikan pesan – disengaja atau tidak – yang dimaknai oleh pihak lainnya. Atau, keduanya disebut sebagai komunikan yang dimaknai sebagai semua manusia pelaku komunikasi. Intinya, selama ada pemaknaan pesan pada salah satu pihak adalah komunikasi yang menjadi kajiannya. Maka ketika Anda dengan tidak sengaja melenggang di tepi jalan dan sopir taksi berhenti serta bertanya, “Taksi, Pak?” ini adalah komunikasi yang menjadi kajiannya karena sopir itu telah memaknai lenggangan Anda yang tidak sengaja sebagai panggilan terhadapnya, tanpa terlalu mempersoalkan siapa pengirim dan penerima.
  3. Paradigma-3: komunikasi harus mencakup pesan-pesan yang disampaikan dengan sengaja, namun derajat kesengajaan sulit ditentukan. Paradigma ini menyatakan bahwa pesan harus disampaikan dengan sengaja, tetapi tidak mempersoalkan apakah pesan diterima atau tidak. Artinya, untuk dapat terjadi komunikasi harus ada: (a) komunikator pengirim, (b) pesan, (c) target komunikan penerima. Ketika seorang teman melambaikan tangan tapi Anda tidak melihat, ini sudah merupakan komunikasi yang menjadi kajiannya, pertanyaannya adalah mengapa pesan itu tidak Anda terima? Universitas Sumatera Utara Gangguan apa yang sedang terjadi pada salurannyakah? Pada alat penerima (mata Anda)? Atau ada hal lainnya?
Lalu, adakah hubungan antara teori penetrasi sosial dengan paradigma epistemologi ? jawabannya tentu saja ada. Berikut penjelasannya melalui beberapa tahapan :
  • Orientasi: membuka sedikit demi sedikit
         Merupakan tahapan awal dalam interaksi dan terjadi pada tingkat publik. Disini hanya sedikit dari kita yang terbuka untuk orang lain.
  • Pertukaran penjajakan afektif: munculnya diri
         Dalam tahap ini, merupakan perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul.
  • Pertukaran afektif: komitmen dan kenyamanan
         Ditandai dengan persahabatan yang dekat dan pasangan yang intim. Dalam tahap ini, termasuk interaksi yang lebih “tanpa beban dan santai”.
  • Pertukaran stabil: kejujuran total dan keintiman
        Tahap terakhir ini merupakan tahapan dimana berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi.
     Teori ini juga tidak mengungkapkan persoalan gender dalam penjelasannya. Padahal perbedaan gender akan sangat berpengaruh kepada persoalan keterbukaan-diri dalam relasi interpersonal. Bahkan Altman dan Taylor mengungkapkan bahwa males are less open than females.
     Maka menurut teori ini, kunci dari suatu hubungan yang akan tetap terbina adalah sejauh mana suatu hubungan itu memberikan keuntungan, sejuah mana hubungan tersebut mampu menghasilkan kepuasan, sejauh mana hubungan tersebut tetap stabil, dan tidak adanya kemungkinan yang lain yang lebih menarik daripada hubungan yang sedang mereka jalani tersebut. Teori ini sendiri tidak terlepas dari sejumlah kritikan. Ada kritikan yang menyatakan bahwa seringkali cepat-lambatnya suatu hubungan tidak bersifat sengaja atau mampu diprediksikan sebelumnya. Ada kalanya ketika kita dengan terpaksa harus cepat mengakrabkan diri dengan seseorang tertentu, dan kita tidak memiliki pilihan yang lain.
   Kesimpulan menurut saya pribadi, Teori Penetrasi Sosial ini memang dapat dikaitkan dengan Paradigma Epistemologi. Karena memiliki cara pandang yang dapat mempengaruhi pola pikir, tingkah laku maupun sikap sesorang dalam menjalin sebuah hubungan yang dimana diperlukan adanya adaptasi terhadap diri dan lingkungan orang tersebut yang dapat mempengaruhinya. Dan apabila suatu hubungan yang terjalin tidak ada rasa ingin memiliki satu sama lain, serta tanpa adanya sifat kognitif, afektif, dan konatif hubungan yang terjalin tidak akan berjalan dengan baik maupun sesuai ekspetasi yang kita mau.




Sumber :

- Vardiansyah, Dani; Febriani, Erna, (2017). Filsafat Ilmu Komunikasi: Pengantar Ontologi 
  Epistemologi Aksiologi
. Penerbit Indeks
- West, Richard; Turner, Lynn H. (2008-Terjemahan Edisi 3). Pengantar Teori Komunikasi :
  Analisis dan Aplikasi.
 Penerbit Salemba Humanika
- Vardiansyah, Dani. (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Penerbit Indeks
- Morissan. (2013). Teori Komunikasi. Penerbit Ghalia Indonesia.

Minggu, 14 Juli 2019

Peran Humas Dalam Sebuah Perusahaan Maupun Organisasi




Pengertian humas (hubungan masyarakat)

  Humas adalah usaha untuk membangun dan mempertahankan reputasi, citra dan komunikasi yang baik dan bermanfaat antara organisasi dan masyarakat. Kesuksesan atau kegagalan dari sebuah organisasi dapat dipengaruhi oleh kegiatan humas atau Public Relations (PR). Di era keterbukaan informasi seperti saat ini, dimana masyarakat atau publik sudah semakin kritis terhadap pemberitaan, maka peran humas sangat penting sebagai layanan publik untuk memberikan informasi yang jelas dan sesuai fakta yang ada di perusahaan, pemerintahan maupun organisasi lainnya, dengan cara yang baik dan benar agar dapat diterima publik. Dunia kehumasan atau public relations akan selalu bergerak dinamis seiring perubahan di tengah masyarakat. Perubahan yang terjadi baik dalam skala kecil maupun skala besar harus menjadi perhatian seluruh praktisi kehumasan agar peran humas kian kontekstual namun tetap profesional.  Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa Humas memiliki peran dalam menciptakan hubungan yang baik dan harmonis antara organisasi dengan publiknya, dari hubungan yang harmonis itulah akan timbul citra atau image yang positif didalam suatu organisasi. Selain itu humas juga memiliki fungsi khusus dalam membangun sikap saling pengertian antara organisasi dan publiknya sehingga tercipta hubungan yang harmonis dengan pihak internal (dalam organisasi) dengan pihak eksternal (publik).

Public Relation dalam Perusahaan 

  Citra atau reputasi bagi suatu perusahaan adalah hal yang sangat berarti. Bagaimana publik atau masyarakat memberikan penilaian pada perusahaan, bagaimana kepercayaan publik terhadap suatu perusahaan, bagaimana publik akan memilih produk terbaik, dan lain sebagainya akan sangat bergantung terhadap citra perusahaan di mata publik itu sendiri. Dalam hal ini, citra bagi suatu perusahaan akan sangat menentukan kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri.  Managemen pada perusahaan adalah bidang yang penting. Membangun cira suatu perusahaan biasanya merupakan tugas dari seorang Public Relations. Pada beberapa perusahaan bagian ini dimasukkan kedalam struktural namun beberapa perusahaan lainnya lebih memilih untuk menggunakan jasa konsultan public relations dengan alasan – alasan tertentu. Tugas public relation dalam perusahaan terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian tugas public relation pada satu perusahaan dengan perusahaan lainnya belum tentu sama tergantung dengan kebutuhan perusahaan tersebut. Public relation juga tidak akan terlepas dari media relation yang memiliki tugas untuk mengatur hubungan baik dengan media, mengatur arus informasi ke media, dll.

Bagian-Bagian dari Fungsi PR:

  1. Publisitas, adalah sumber-sumber informasi yang disediakan oleh PR dan digunakan oleh media karena informasi itu memiliki nilai berita. Metode penempatan pesan di media ini adalah pesan di media ini adalah metode yang tak bisa dikontrol (uncontrolled) sebab sumber informasi tidak memberi bayaran kepada media untuk pemuatan informasi tersebut.
  2. Advertising, informasi yang digunakan oleh PR untuk menjangkau audien yang lebih luas, bukan untuk konsumen yang menjadi sasaran marketing, dimana informasi yang ditempatkan di media oleh sponsor tertentu yang jelas identitasnya yang membayar ruang dan waktu penempatan informasi tersebut. Ini adalah metode terkontrol dalam menempatkan pesan di media.
  3. Press Agentry, adalah penciptaan berita dan peristiwa yang bernilai berita untuk menarik media massa dan mendapatkan perhatian publik. Banyak praktisi PR kadang-kadang menggunakan taktik press agentry untuk menarik perhatian media kepada kliennya, organisasinya, atau tujuannya. Tetapi PR lebih dari sekedar press agency.
  4. Public Affairs adalah bagaian khusus dari PR yang membangun dan mempertahankan hubungan pemerintah dan komunitas lokal dalam rangka memengaruhi kebijakan publik.
  5. Lobbying adalah bagian khusus dari PR yang berfungsi untuk menjalin dan memelihara hubungan dengan pemerintah terutama dengan tujuan memengaruhi penyusunan undang-undang dan regulasi.
  6. Manajemen Isu adalah proses proaktif dalam mengantisipasi, mengindentifikasi, mengevaluasi, dan merespon isu-isu kebijakan publik yang memengaruhi hubungan organisasi dengan publik mereka. Secara administratif atau secara konseptual, manajemen isu adalah bagian fungsi PR, akan tetapi, jika dilihat sebagai komunikasi persuasif, ia menjadi taktik untuk memengaruhi kebijakan publik, bukan sebagai bagian dari perencanaan strategi organisasi.
  7. Hubungan Investor adalah bagian dari PR dalam perusahaan korporat yang membangun dan menjaga hubungan yang bermanfaat dan saling menguntungkan dengan shareholder dan pihak lain di dalam komunikasi keuangan dalam rangka memaksimalkan nilai pasar.
  8. Pengembangan adalah bagian khusus dari PR dalam organisasi nirlaba yang bertugas membangun dan memelihara hubungan dengan donor dan anggota dengan tujuan mendapatkan dana dan dukungan sukarela
Sumber :

https://www.kanal.web.id/peran-humas-hubungan-masyarakat-dalam-organisasi

https://pakarkomunikasi.com/peran-public-relation-dalam-perusahaan

https://jurnal.rival.co.id/2019/03/01/peran-humas-di-organisasi-pemerintahan-perusahaan/

Jumat, 26 April 2019

Memahami Sebuah Etika Seorang PR di Media Baru




Hi Guys, Welcome To My Blog.
Kali ini saya akan menjelaskan tentang : apasih yang dimaksud dengan Etika seorang PR di Media Baru ?



     Etika adalah nilai-nilai, dan asas-asas moral yang dipakai sebagai pegangan umum bagi penentuan baik buruknya perilaku manusia atau benar salahnya tindakan manusia sebagai manusia. Etika mengacu pada sistem nilai dengan apa orang menentukan apa yang benar dan apa yang tidak benar, yang adil dan tidak adil, yang jujur dan tidak jujur. Etika terungkap dari perilaku moral dalam situasi tertentu. Peran etika dalam kehidupan pribadi dan praktisi sendiri juga sama pentingnya.

    Public Relations atau Humas memanfaatkan media baru untuk menunjang pekerjaannya. Media baru membawa perubahan-perubahan signifikan dari berbagai kedidupan. Dibutuhkan strategi komunikasi efektif yang bisa dimanfaatkan kalangan praktisi kehumasan untuk berbagai tujuan salah satunya dalam pemanfaatan teknologi internet dan munculnya media baru yang membawa perubahan di berbagai ini.

    Dalam perkembangan media sosial pengguna internet juga dapat mengakses atau memasang jasa PR di internet (social media) pada situs-situs internet yang banyak diakses berbagai publik pengguna internet salah satunya yaitu jejaring sosial facebook, PR kadang kala memanfaatkan jejaring sosial untuk menawarkan jasanya sebagai konsultan PR, salah satu tujuannya agar terus mengalami perubahan dan perbaikan yang bermanfaat dalam suatu komunikasi yang terjalin.

    Dengan memahami teknologi ini seorang praktisi PR diharapkan memahami implikasi aplikasi baru tersebut terhadap suatu perusahaan yang mereka tangani. Tidak hanya itu saja, terkait etika kehumasan dalam media baru informasi yang tersaji dapat diakses maupun dibaca dimana saja dan kapan saja, diseluruh dunia selama ada komputer ataupun perangkat lain yang memiliki koneksi internet.

Contoh Kasus

Kasus penipuan online penangkapan terhadap pelaku penipuan melalui facebook, yaitu dede rahmat dan Hasan Rarwis pada awal tahun 2015 silam di polres kota Sukabumi, yang membuat akun  facebook palsu untuk memperdayai Wilda Silviani. Setelah dua bulan berkenalan, pelaku mulai melancarkan aksinya dengan meminjam uang secara bertahap hingga total mencapai 37 juta.



Source :
Julius Onggo, Bob. 2004. Cyber Public Relations. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Peran Seorang PR di Media Sosial (Twitter, Youtube dan Facebook) Dalam Mengubah Dunia Humas

Hi, Guys Welcome To My Blog.
Kali ini saya akan menjelaskan sebuah peran PR di media sosial dalam mengubah dunia humas
Yuk, di simak :)


  PR adalah ilmu yang strategis dan dinamis. Dimana dapat berubah setiap saat dan seiring dengan perubahan situasi dan kondisi. Pamor PR yang semakin berjaya di Indonesia ini menuntut mereka menambah kekuatannya melalui media online. Internet merupakan bagian dari kecanggihan teknologi dan komunikasi, dimana internet adalah media yang dapat membuat seluruh dunia terkoneksikan sehingga dapat memberikan efek yang tidak terbayangkan.

  Media sosial adalah sebuah media berbasis internet, dimana terdapat beragam platform seperti Blog, Twitter, Facebook, Youtube, Flickr, Instagram, Path dan beragam platform lainnya. Media sosial adalah sebuah kekuatan baru yang mendukung peran PR. Bukan hanya sekedar menjual sebuah produk saja tapi karena media sosial dapat membawa informasi yang mengalir seperti air, setiap orang dapat mengaksesnya dimanapun dan kapanpun mereka mau.

  Sudah sejak lama media sosial dianggap sebagai pesaing teknik-teknik humas konvensional. Para analis media sosial memprediksikan bahwa dunia humas sekarang sudah mati, yang kemudian akhirnya disanggah bahwa sebenarnya media sosial tidak terlalu cocok untuk hal-hal yang berkaitan dengan kehumasan. Dan lalu muncullah Twitter, yang seiring dengan pupularitasnya, bisa mengurangi “jarak” antara media sosial dan dunia PR.

  Dunia PR berkembang dengan pengetahuan, dan ini bisa didapat dengan mudah pada Twitter. Begitu Anda memfollow dan beinteraksi dengan banyak orang, Anda akan mendapatkan pengetahuan. Anda bisa menjadi rekan, sebagai kompetitor ataupun klien, mengikuti mereka di Twitter menjadi sebuah langkah yang masuk akal mengingat Anda akan bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang opini mereka.

  Keberadaan jejaring sosial seperti Facebook, LinkedIn, dan MySpace memungkinkan orang hadir bersama dan berbagi ide, pikiran, dan komentar. Ini mengubah padigma periklanan misalnya, dari yang bersifat satu arah menjadi dua arah, karena publik tidak akan begitu saja memahami apa yang disampaikan merek kepada mereka. Sosial media seperti YouTube, Scribd, dan Flickr telah menjadi tempat di mana orang dapat berbagi konten dengan dunia disertai dengan harapan bisa membangun dan menyebarkan awareness

Contoh Kasus

Contoh nyata, adalah saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta lalu, ketika masing-masing kubu saling berperang di dunia maya. Hal ini menyebabkan banyaknya informasi bohong yang beredar yang dimanfaatkan oleh beberapa oknum tertentu sehingga menimbulkan kegaduan di masyarakat. Ini juga tentu membuat kita bingung, lelah, dan menguras energi. Untuk itu keberadaan Cyber PR diperlukan dalam hal melakukan check dan recheck terhadap informasi yang beredar.


Source :

PR dalam Membangun Citra Positif Perusahaan Melalui Program CSR

Hi guys, Welcome to my blog.
kali ini saya akan menjelaskan mengenai peran PR dalam membangun citra positif perusahaan melalu program CSR, Penasaran? yuk di simak :)

Sebelumnya saya akan menjelaskan mengenai : apa sih arti PR atau biasanya orang menyebutnya dengan Public Relation dan apa yang dimaksud dengan CSR?


     Public Relation (PR) menurut Jefkins (2003) adalah suatu bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan yang spesifik dan berlandaskan suatu pengertian. PR menggunakan metode manajemen berdasaran tujuan (management by objectives). Dalam mengejar suatu tujuan, semua hasil atau tingkat kemajuan yang telah dicapai harus bisa diukur secara jelas, mengingat PR merupakan kegiatan yang nyata. 

     Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan, sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan beasiswa kepada anak-anak yang tidak mampu di daerah tersebut, serta hal-hal baik lainnya.

     Dalam hubungannya dengan CSR, PR adalah orang yang berperan dalam menjalin hubungan baik kepada masyarakat sehingga masyarakat akan menerima kebijakan-kebijakan perusahaan dengan baik, dimana hal ini sangat mempengaruhi suatu citra perusahaan. Dalam konteks pembentukan citra perusahaan PR memang sangat terlibat di dalamnya sejak fact finding, planning, communicating, hingga evaluation.

Contoh kasus

Kasus yang belum lama terjadi di Papua yang melibatkan PT. FREEPORT yang terkenal dengan potensi sumber daya alamnya. Disekitar area bertambangan yang mengalirkan jutaan Dollar perhari kehidupan masyarakat masih hidup miskin dan nyaris tak tersentuh perhatian perusahaan. Bahkan berbagai tindakan anarkis ditimpakan kepada mereka saat mengais sisa produksi di area pembuangan limbah. Ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi pemilik dan manajemen perusahaan untuk memberikan perhatian dan tanggung jawab yang lebih baik kepada masyarakat, khususnya di sekitar lokasi perusahaan. Sebab kelangsungan suatu usaha tidak hanya ditentukan oleh tingkat keuntungan, tetapi juga tanggung jawab sosial perusahaan.

Source :
https://www.neliti.com/publications/23417/peran-public-relations-dalam-membangun-citra-perusahaan-melalui-program-corporat

https://ruangdosen.wordpress.com/2009/01/15/peran-pr-dalam-membangun-citra-perusahaan-melalui-program-csr/

http://farahchohan.blogspot.com/2013/03/peran-pr-dalam-membangun-citra.html